Sabtu, 01 November 2014

peran seorang bidan di desa mindahan batealit, jepara.


Assalamu’alaikum wr wb
sawaddee kha

Yuli amiati adalah nama yang diberikan orang tuaku sejak aku lahir, aku anak terakhir dari 3 bersaudara dan dilahirkan dikota Jakarta pada tanggal 31 juli 1996, sejak usiaku 3 tahun aku dibesarkan dikota jepara.  Sebuah kota yang terkenal dengan sebutan “kota ukir” 

Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Singkat cerita, tokoh Ratu Kalinyamat sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.
Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadirin. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.

Kini aku sedang menempuh pendidikan diploma III di salah satu akademi kebidanan kota kudus, yang lebih tepatnya di AKBID PEMKAB KUDUS.


 Tak pernah terfikirkan sebelumnya untuk terjun ke dalam dunia kesehatan apalagi untuk menjadi seorang bidan karna resiko yang begitu berat untuk menjadi “ ujung tombak kesehatan”. Dan pada akhirnya aku mendapat suatu pesan dari guruku “kalo kamu belajar dan bekerja dalam dunia kesehatan,setidaknya jika orang tuamu sakit kamu bisa merawatnya sendiri” Pada saat itu juga aku mengiyakan untuk menjadi seorang bidan.

Aku tinggal di desa mindahan kecamatan batealit kabupaten jepara, dari segi geografis Sebelah Utara berbatasan dengan dengan desa bantrung dan desa bringin sedangkan di sebalah selatan berbatasan mindahan kidul dengan pada sebelah barat berbatasan dengan desa bawu dan di sebelah timur berbatasan dengan desa somosari.
Desa mindahan mempunyai club sepak bola yang bernama SENOPATI FC, Mempunyai lapangan sepak bola di depan SDN 1 mindahan, mempunyai lapangan basket, lapangan tenis, panjat tebing,lapangan volly di depan kantor kecamatan batealit

Didesaku terdapat seorang bidan desa yang bernama Septiana Widi, beliau memberi banyak pengetahuan tentang kebidanan kepadaku.
   Program yang sudah ibu widi jalankanakan, yaitu :
1.       Posyandu
2.       Pertemuan bidan
3.       UKBM
4.       Penyuluhan
5.       Pelayanan PKD
6.       Puskesmas

Posyandu (pos pelayanan terpadu) adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan, di dalam program posyandu ibu widi melakukan penyuluhan, imunisasi, dan PMT. Di desa mindahan terdapat terdapat 9 pos yang terbagi menjadi 8 pos untuk balita dan 1 pos untuk lansia.
  •   Posyandu balita dilaksanakan menggunakan sistem pertanggal atau perhari dari jam9-11
  •   Posyandu untuk lansia dilaksanakan 1bulan sekali
Posyandu dilakukan dengan sistem 5 meja yaitu:

Meja I     : Pendaftaran  
Meja II    : Penimbangan 
Meja III  : Pengisian KMS
Meja IV  : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
Meja V    : Pelayanan kesehatan berupa:
  • Imunisasi
  • Pemberian vitamin A dosis tinggi.
  • Pembagian pil KB atau kondom.
  • Pengobatan ringan.
  • Konsultasi KB.

Kesulitan yang ditempuh bu septiana widi di desa mindahan tidaklah sedikit, penyesuaian dengan masyarakat yang sulit memahami tujuan seorang bidan desa, mensejajarkan maksud dari bidan desa yang tidak dimengerti masyarakat dan terlalu banyak tugas bidan desa yang harus dilaksanakan bidan desa. Namun, tak henti bu widi berusaha menjadi bidan desa yang terbaik, beliau terus berusaha menjelaskan kehadiran seorang bidan desa, dan akhirnya kini masyarakat mendukung segala program yang dilaksanakan bu widi di desa mindahan.
Semenjak bu widi menjadi bidan desa suka duka yang dilalui pun tak kalah banyaknya dengan kesulitan yang ditempuh beliau selama menjadi bidan desa hingga sekarang.
sebanyak apapun duka yang telah aku lalui ketika menjadi bidan desa itu bukan sebuah beban atau hal menyedihkan. Namun sebagai bunga kebahagiaan dan motivasi diri untuk menjadi bidan yang terbaik untuk desa batealit.” Ungkapnya.
Pernyataan bu widi sangat menggugah hatiku untuk menjadi bidan, seorang bidan yang profesional, berjiwa wirausaha dan beriman.

Semoga kelak keinginanku untuk menjadi seorang bidan terwujud. Amiiiiinn.
Do’akan aku yaaaa ~

Sepertinya aku sudah banyak bercerita tentang kehidupanku, mungkin lain kali aku akan posting tetang hal lain yang sama menariknya dengan postinganku kali ini.
Oke, see you next time gaes

Terimakasih
Khob kun kha.